Tokoh Kristen Ungkap Sejarah Ekstremisme di Kalangan Gereja - Republika Online REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh Kristen, Pendeta Richard Da...
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh Kristen, Pendeta Richard Daulay, turut hadir di Pengkajian Ramadhan PP Muhammadiyah. Dalam paparannya, ia mengungkapkan, sikap-sikap ekstrimisme, fundamentalisme, dan radikalisme menjadi bagian sejarah geraja sejak lama.
Ia menerangkan, mereka yang memiliki sikap ini menganggap dirinya (agamanya) benar dan (agama) orang lain salah. Hal ini sering berujung kepada sikap intoleransi dan tindak kekerasan seperti penindasan sekte satu kepada sekte lain.
"Termasuk, perang agama (seperti Perang Salib) telah ikut menghiasi sekaligus mengotori perjalanan sejarah gereja itu sendiri," kata Richard, Selasa (6/6).
Richard melihat, perkembangan modernisasi, ilmu dan teknologi gereja sekarang, terutama di dunia Barat, tidak lagi dianggap pusat-pusat agama Kristen. Sebagian besar telah mengalami sekularisasi, liberalisasi, moderasi yan g berujung sikap intoleransi.
Bahkan, kata Richard, gereja-gereja Kristen seperti di Jerman, Inggris, Belanda dan Swedia, mengalami kemunduran yang sangat besar. Pasalnya, banyak gereja yang jadi museum atau beralih menjadi rumah ibadah agama lain.
Ia turut menjelaskan lahirnya Kristen Zionis yang merupakan wujud pemikiran teologipremilenisme-fundamentalisme, yaitu kelompok Kristen yang terobsesi membela Israel di semua lini. Termaasuk, dalam aspek politik, ekonomi dan militer.
"Kristen Zionis ini berpegang teguh kepada keyakinan kalau bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan, mereka menolak doktrin yang lama dipegang gereja dan merasa Israel sudah dihukum Tuhan, dan digantikan gereja sebagai Israel baru," kata Richard.
Ia menilai, implikasi premillenianisme-dispensasionalisme ini adalah sikap ekslusifisme beragama dalam dunia pluralistik. Dalam relasi antar umat beragama, ada dua istilah yang kerap digunakan, yaitu inklusif dan eksklusif.
Richard menambahkan, perbedaan sikap terhadap agama lain ini timbulkan perbedaan persepsi hubungan internasonal, terutama dari segi agama-agama. Maka itu, ia mengingatkan, keamanan dunia yang majemuk sangat tergantung kemampuan agama-agama. "Terutama, Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Buddha dan Kong Hu Cu," kata Richard.