Toilet dan Modernisasi Toilet dan Modernisasi Mengapa bukti kemodernan hanya terbatas pada pembangunan gedung, penggunaan alat-alat da...
Toilet dan Modernisasi
Mengapa bukti kemodernan hanya terbatas pada pembangunan gedung, penggunaan alat-alat dan teknologi, fasilitas WC. Bukankah seharusnya lewat cara berpikir? Simak opini Nadya Karima Melati ini.
Seorang kawan bule pergi ke mall kelas atas di Jakarta, dia terkaget-kaget karena dirinya disambut oleh petugas kebersihan dan diucapkan terima kasih setelah selesai gunakan toilet di pusat perbelanjaan tersebut.
Sang lelaki asal negara asing itu merasa janggal, mengapa harus mendapat ucapan terima kasih setelah buang air? Apa masalahnya? Apakah kotorannya begitu spesial?
Ketika saya mendengarkan ceritanya, saya juga ikut kaget, karena mungkin baru dia yang merasa aneh dengan perlakuan tersebut.Apakah mungkin orang luar mampu melihat keanehan dan keunikan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta dan memiliki perangkat bahasa untuk mengkritik dan menuliskannya.
Sedangkan kita yang berada di dalamnya menerima begitu saja atas beberapa larangan dan anjuran tanpa mempertanyakannya kembali?
Banyaknya pembangunan di sana-sini tidak hanya mengubah wajah ibukota tapi juga interaksi dan norma sosial di dalamnya. Wacana pembangunan selalu dilekatkan dengan upaya modernisasi dan pembangunan tersebut diterima begitu saja oleh masyarakat termasuk saya. Modernisasi bukan sekedar mengikuti perilaku negara maju atau membangun gedung, modernisasi juga penyesuaian perilaku dan budaya dengan zaman yang terus berubah.
Tapi apakah kita menyadari sedang berada dalam modernisasi atau kita terbawa arus westernisasi? Tulisan ini akan memikirkan ulang modernisme melalui perilaku sehari-hari penggunakan toilet.
Penulis: Nadya Karima Melati
Berefleksi lewat toilet
Kakus. Alat sederhana dan sehari-hari. Pelengkap hidup yang berguna untuk buang isi perut atau bahasa halusnya, buang air: besar ataupun kecil. Jamban sudah diasosiasikan dengan tahi, muntah, air kencing, darah mens dan segala hal dianggap menjijikan yang berasal dari tubuh manusia.
Walau lekat dan diasosiasikan dengan kotoran, penyair Wiji Tukul sempat menyebutkannya sebagai kritik terhadap negara yang tidak mempedulikan penduduk/rakyat atas nama kepentingan pembangunan negara, katanya "Nasionalisme itu nasi, dimakan jadi tahi.â Jamban adalah tempat ke mana tahi-tahi itu bermuara.
Pergerakan peradaban menuju zaman modern melengkapi tubuh untuk berdisiplin dalam buang air. Baik lokasi maupun tata caranya. Sadar atau tidak, toilet dijadikan ukuran âkemajuan' suatu peradaban.
Wat er closet atau disingkat WC adalah bagian dari peradaban, pendisiplinan tubuh masyarakat untuk mengeluarkan tinja di lokasi yang sama dibuktikan melalui parit-parit dari peradaban Romawi kuno yang sisa-sisanya masih bisa kita lihat hingga saat ini.
Kemudian, kloset terus berinovasi dengan ditemukannya lubang untuk menampung tinja, saluran pembuangan leher angsa yang membuat air menggenang di bagian atas sehingga menghambat penyebaran bau, hingga wash down closet yang banyak kita jumpai hari ini.
Dalam bidang arsitektur, kakus mencerminkan budaya setempat. Bahkan filsuf asal Slovenia, Slavoj Zizek menyatakan bahwa ideologi tiap-tiap negara pembentuk Eropa yakni Perancis, Jeman dan Anglo Saxon tercermin dari bentuk mereka. Kakus Perancis yang lubangnya terletak di belakang menunjukan semangat Perancis untuk melakukan revolusi, kakus orang Inggris yang berada di tengah dan dikelilingi oleh air memperlihatkan semangat orang Inggris yang gemar berlayar dan kakus orang Jerman yang lubangnya di bagian depan memperlihatkan etika berpikir menginvestigasi dan mengobservasi Jerman.
Sedangkan buat saya, bentuk kakus mencerminkan budaya dan mampu menjadi mikroskop untuk melihat arus modernitas dalam kehidupan sehari-hari lebih jauh. Kepemilikan kakus mampu merepresentasikan klasifikasi sosial dan ekonomi dan melihat gerak modernisme masyarakat.
-
Atasi Kemiskinan Lewat WC
HAM dan Toilet
Di seluruh dunia, aktivis seperti di stasiun kereta Berlin ini menuntut sarana kebersihan yang lebih baik. Sekitar 30 persen penduduk di dunia tidak punya akses ke toilet yang lebih bersih dan aman. Sehingga lebih banyak manusia yang meninggal karena masalah kebersihan dibandingkan akibat malaria dan campak.
-
Atasi Kemiskinan Lewat WC
Investasi bagi Kesehatan
Penyakit yang ditularkan lewat air, seperti typhus dan disentri, menyebar dengan cepat di daerah tanpa sarana sanitasi. Di Kibera salah satu wilayah termiskin di Afrika, ini bukan masalah baru. Warga buang air besar di kantong plastik dan membuangnya begitu saja. Kini didirikan toilet umum di daerah kumuh Nairobi tersebut. Jumlah warga yang jatuh sakit pun berkurang.
-
Atasi Kemiskinan Lewat WC
Pekerjaan Kotor
Di beberapa wilayah India tanpa instalasi penyaringan air, masih ada pembersih kakus seperti perempuan asal Mudali ini. Sebenarnya sejak 20 tahun ada larangan untuk melakukan pekerjaan tersebut, karena dianggap sebagai pekerjaan budak. Tapi belum ada perusahaan yang dihukum karenanya. Di New Delhi, "manual scavenging" atau pembersihan kakus kering oleh manusia dilarang sejak awal tahun ini.
-
Atasi Kemiskinan Lewat WC
Bertahan di Wilayah Krisis
Pada situasi krisis, sulit untuk memenuhi kebutuhan logistik bagi sarana sanitasi. Kadang harus mengantri berjam-jam hingga bisa buang air kecil. Pengungsi, seperti warga Somalia yang melarikan diri ke Tunisia, butuh sarana tambahan yang sayangnya tidak mampu disediakan infrastruktur setempat.
-
Atasi Kemiskinan Lewat WC
Solusi B erkesinambungan
Di El Alto, dekat ibukota Bolivia La Paz, dikembangkan toilet yang mampu mengolah kotoran manusia menjadi pupuk. Para petani dari daerah sekitar memperoleh pupuk secara cuma-cuma dan rumput lapangan bola baru juga terawat karenanya.
-
Atasi Kemiskinan Lewat WC
Bukan Tempat Ideal
20 juta warga Uni Eropa tidak punya akses ke instalasi sanitasi. Di wilayah pedesaan Eropa Timur, toilet dalam bentuk jamban atau kakus masih ditemukan dimana-mana. Akibatnya, air minum terkotori. Di daerah ini kurangnya kebersihan juga menghambat perkembangan ekonomi.
-
Atasi Kemiskinan Lewat WC
Bantuan Terarah
Toilet sederhana adalah sarana termurah dalam upaya memerangi kemiskinan. Tirame Ayago, 55, (foto) kini memiliki kakus pribadi berkat bantuan Organisation Toilet Twinning. Dulu keluarganya sering sakit, kini ia bisa menabung uang yang biasanya dibutuhkan untuk pengobatan.
-
Atasi Kemiskinan Lewat WC
Tempat Sunyi dan Pemandangan Indah
Di tempat paling terisolasi di dunia, toilet harus berfungsi tanpa air, listrik atau instalasi penyaringan air. Toilet di Mount McKinley di Alaska menawarkan pemandangan spektakuler dari gunung tertinggi Amerika Utara. Tempat seperti itu memberi inspirasi penggemar toilet Luke Barclay untuk mengabadikannya dalam bukunya "A loo with a view" atau "To ilet dengan pemandangan".
Penulis: Loveday Wright
Hampir di setiap rumah kelas menengah dilengkapi dengan MCK (mandi, cuci, kakus) yang berdasarkan anjuran dari Kementerian Kesehatan No.416 Tahun 1990 yang harus memiliki kriteria jarak dengan sumber air minum, ketersediaan gayung dan sebagai macamnya. Negara, menghadirkan dirinya untuk mengatur masyarakat dalam urusan buang air dan menganjurkan penduduk untuk tidak lagi buang air besar di sungai atau kali melainkan membangun kamar mandi yang berfungsi untuk melakukan seluruh kegiatan membasuh.
Ada beberapa alasan untuk memindahkan kebiasaan basuh dari sungai ke kamar mandi: mulai dari kesehatan dan kebersihan, pencemaran sungai dan paling utama kemodernan. Selanjutnya, tata cara buang hajat dan kepemilikan toilet menjadi penentu kemajuan peradaban dan kelas sosial. Contohnya adalah bagaimana mahasiswa saat diperuntukkan KKN (Kuliah Kerja Nyata) harus berusaha membuat dirinya nyaman dan t erbiasa dengan kondisi kamar mandi di lokasi pedesaan yang dianggap ala kadarnya.
Sedangkan kos-kosan mahasiswa sendiri jelas menentukan kelas ekonomi berdasarkan ketersediaan kamar mandi umum ataupun privat. Untuk kamar dengan fasilitas kamar mandi di luar alias kamar mandi bersama, harga kosan akan lebih murah dibandingkan kos dengan kamar mandi dan jamban sendiri yang biasanya dimiliki oleh mahasiswa dari kelas ekonomi lebih atas.
Masyarakat, kurang lebih seperti yang dialami oleh kehidupan mahasiswa sehari-hari itu. Tidak hanya ketersediaan kamar mandi sebagai penanda kelas, tapi juga berfungsi untuk mengukur dan membedakan modernitas.
Kamar mandi menjadi simbol wilayah yang sudah modern dan tidak modern. Tidak disangkal lagi bahwa toilet duduk selalu dianggap lebih modern daripada toilet jongkok.
Padahal, bule di paragraf pembuka tulisan saya di atas ini belum tentu mampu menggunakan toilet jongkok. Jongkok, adalah keahlian yang selalu dilab elkan dimiliki oleh orang Asia, dan khususnya Asia Tenggara menggunakan air untuk membasuh dan membersihkan bagian-bagian yang perlu dibersihkan. Dan posisi jongkok dan duduk sebenarnya lebih menunjukan pluralitas kebudayaan begitu juga dengan alat pembersihnya.
-
Cafe Jamban Kampanyekan Toilet Bersih
Konsep Nyeleneh
Cafe Jamban di Semarang punya cara unik buat mengundang pengunjung. Pemiliknya mengusung konsep restoran bertemakan toilet. Sesuai namanya, Cafe Jamban menyajikan hidangan di dalam toilet jongkok berwarna warni.
-
Cafe Jamban Kampanyekan Toilet Bersih
Kepedulian Sosial
Tapi konsep un ik Cafe Jamban bukan cuma sekedar akal-akalan buat menjaring konsumen. Pemiliknya, Budi Laksono yang juga seorang dokter, mengaku sengaja mengusung konsep tersebut buat mengkampanyekan toilet bersih di Indonesia.
-
Cafe Jamban Kampanyekan Toilet Bersih
Toilet Jorok Sarang Penyakit
Budi mengeluhkan betapa di Indonesia sekitar 24 juta rumah tangga masih belum memiliki akses terhadap toilet bersih. Akibat minimnya kebersihan "banyak orang yang meninggal dunia akibat disentri, demam tifoid atau infeksi usus," ujarnya.
-
Cafe Jamban Kampanyekan Toilet Bersih
Kampanye Bersih
Tidak semua orang suka dengan ide Budi Laksono. Seorang pengguna Facebook bahkan menyebut konsep Cafe Jamban "menjijikkan." Namun buat Budi, pemberitaan yang marak tentang Cafe-nya itu justru membantunya meningkatkan kepedulian penduduk tentang masalah kebersihan buat kaum miskin di Indonesia
-
Cafe Jamban Kampanyekan Toilet Bersih
Toilet Terbuka
Akses toilet menjadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi kaum miskin di Indonesia. Menurut data Badan Kesehatan Dunia, sebanyak 63 juta penduduk Indonesia 2014 silam masih menggunakan toilet terbuka. Jumlah tersebut cuma dikalahkan oleh India yang mencatat 636 juta penduduk tanpa akses toilet.
-
Cafe Jamban Kampanyekan Toilet Bersih
Jamban Sehat unt uk Semua
Kementerian Kesehatan berambisi menyediakan akses toilet bersih terhadap semua penduduk Indonesia selambatnya tahun 2019. Program itu antara lain dijalankan dengan memberikan kredit bagi desa-desa kecil untuk membangun jamban sehat.
Penulis: rzn/yf (afp,dpa)
Modernisasi, globalisasi dan westernisasi
Pertanyaan berikutnya muncul, mengapa hotel-hotel berbintang dan mall selalu menyediakan toilet duduk? Hotel, menyediakan fasilitas berdasarkan pengunjung/pelanggan. Keberadaan hotel sendiri merupakan pembuktian globalisasi.
Ketersediaan kakus duduk dan WC yang kering adalah asumsi dasar bahwa tamu yang akan berkunjung adalah kelas atas yang didominasi kulit putih, untuk itu fasilitas kamar mandi disesuaikan dengan asumsi tersebut. Tapi bagaimana jika toilet hotel dan mall dijadikan patokan untuk menjadi modern, karena keberadaan tempat itu dianggap sebagai motor penggerak modernisasi. Hotel sebagai lokasi bertemu budaya antar negara dan mall sebagai pembuktian kapitalisme global yang bericiri pasar bebas.
Jika Risa Permanadeli dalam bukunya Dadi Wong Wadon mengungkapkan modernisme adalah globalisasi itu sendiri, saya bersepakat untuk itu. Tapi kemudian modernisasi dipertanyakan lebih jauh lagi karena ternyata ada tuntutan pasar global untuk menjadi modern dan memang sebenarnya di mana dan bagaimanakah batasan-batasan modern itu?
Apakah menjadi modern bertentangan dengan identitas kesukuan?
Risa menjelaskan bahwa penampilan menentukan kemodernan atau pencapaian âDadi Wong' dan konsumsi menjadi jalan yang dipilih untuk menunjukan keberhasilan mencapainya.
Dan ruang domestik seperti toilet tidak berada dalam ruang yang beda dengan ruang publik. Toilet, menjadi ruang domestik yang diakumulasi dengan benda-benda modern lainnya seperti ikut serta dengan tren make up terkini adalah tahapan untuk masuk ke ruang publik.
Jadi, domestik dan publik bukan ruang yang terpisah melainkan saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Untuk itu, renovasi toilet jongkok menjadi duduk bukan hal yang aneh dan merupakan bentuk adaptasi demi memasuki globalisasi hari ini.
Sekarang, perumahan ataupun rumah-rumah kelas menengah berlomba-lomba untuk memiliki kakus duduk karena dianggap lebih modern hanya karena hotel berbintang dan mall-mall kelas atas itu menggunakannya.
Tuntuannya adalah menjadi bagian dari masyarakat yang global. Jika ilmu pengetahuan alam telah memberikan kemajuan dalam bidang fisika-kimia dan tubuh manusia mempunyai sifat universal, kita menerapkannya mentah-mentah pada kehidupan sosial kita melalui pendisiplinan tata cara buang hajat dan penggunaan kloset duduk yang marak.
Kita sedang melakukan universalisasi budaya melalui globalisasi di mulai dari hal paling privat dan lekat: penggunaan kakus.Sekarang kita mempertanyakan lagi, di mana sebenarnya posis i kita sebagai masyarakat di dalam arus globalisasi? Apakah modernisasi akan selalu berwajah pembangunan dan penggunaan barang-barang elektronik?
Bukti kemodernan terbatas pada pembangunan gedung, pengaturan WC dan penggunaan alat-alat dan teknologi, bukan pada mental. Modernisasi dipaksakan melalui alat-alat mulai dari kloset duduk hingga barang elektronik yang berasal dari tuntutan pasar bebas, bukan dari keinginan masyarakat sendiri dan negara.
Penulis:
Nadya Karima Melati
Essais dan Peneliti Lepas. Koordinator SGRC (Support Group and Resource Center on Sexuality Studies). Tertarik pada topik sejarah sosial, feminologi dan seksualitas.
@Nadyazura
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis
-
9 Benda Yang Lebih Kotor dari Dudukan Toilet
Smartphone dan Tablet
Tahun 2013. tim peneliti Inggris memeriksa 30 tablet, 30 ponsel dan dudukan WC kantor. Tablet punya 600 unit bakteri staphylococcus (staph: bisa menyebabkan infeksi kulit) dan ponsel memiliki 140 unit. Sementara dudukan toilet hanya memiliki kurang dari 20 unit.
-
9 Benda Yang Lebih Kotor dari Dudukan Toilet
Keran Air
Keran di kamar mandi bisa memiliki 21 kali lebih banyak bakteri dibanding dudukan toilet. Sementara keran di dapur bahkan mencapai 44 kali lebih banyak. Gunakan desinfektan dan bersihkan wastafel secara teratur.
-
9 Benda Yang Lebih Kotor dari Dudukan Toilet
Tas
Saat memeriksa 25 tas tangan, peneliti menemukan bahwa tas rata-rata tiga kali lebih kotor dibanding dudukan toilet. Tas yang digunakan secara rutin, bahkan 10 kali lebih kotor. Tali tas yang mengandung paling banyak bakteri. Virus radang la mbung terbukti ada yang berasal dari tas belanja yang digunakan ulang.
-
9 Benda Yang Lebih Kotor dari Dudukan Toilet
Sikat Gigi
Saat Anda menyiram toilet, semburan air yang mengandung kotoran bisa menyebar hingga sejauh enam meter, ujar Dr Philip Tierno Jr, pakar mikorobiologi di NYU. Jadi jika Anda membiarkan sikat gigi dalam kondisi terbuka di atas wastafel, kotoran bisa hinggap di sikat gigi Anda.
-
9 Benda Yang Lebih Kotor dari Dudukan Toilet
Tombol Lift
Hasil studi Universitas Toronto menemukan, tombol lift mengandung lebih banyak bakteri dibanding dudukan WC. Studi lain di Arab Saudi mengatakan, 97 persen tombol lift terkontaminasi. Satu diantara 10 lift memiliki kuman yang bisa menyebabkan keracunan makanan atau infeksi sinus.
-
9 Benda Yang Lebih Kotor dari Dudukan Toilet
Handuk
Dr. Peter Barratt, direktur Initial Washroom Hygiene, mengatakan kepada MailOnline, bakteri butuh tiga elemen untuk berkembang: kelembaban, suhu hangat, dan materi organik. "Tentu handuk menjadi basah dan partikel kulit mati menempel padanya usai digunakan. Ini menjadi makanan organik bagi mikroba." Jadi cuci handuk seminggu sekali dengan suhu panas.
-
9 Benda Yang Lebih Kotor dari Dudukan Toilet
Mesin ATM
Setiap tombol yang Anda pencet pada ATM, rata-rata mengandung 120 kuman - termasuk virus influensa dan E. coli, demikian menurut peneliti Universitas Arizona. Dan 94 persen lembaran uang membawa bakteri yang bisa membuat Anda sakit, ini menurut studi Southern Medical Journal.
-
9 Benda Yang Lebih Kotor dari Dudukan Toilet
Karpet
Bakteri senang bermukim di dalam karpet. Menurut Readers Digest, rata-rata per orang kehilangan 1,5 juta sel kulit setiap jam dan karpet memiliki 200.000 bakteri per inci persegi. Artinya, karpet bagaikan surga makanan (sel kulit) bagi bakteri. Bersihkan karpet dengan sistem uap setidaknya setahun sekali.
-
9 Benda Yang Lebih Kotor dari Dudukan Toilet
Talenan
"Ada 200 kali lebih banyak bakteri fecal (bakteri yang ditemukan pada tinja) pada talenan biasa dibandingkan dengan dudukan WC," ujar pakar kebersihan Dr. Gerba ke Fairfax. Pengolahan makanan mentah mewujudkan kondisi yang ideal bagi kuman. Dan, "mengelap meja dapur justru akan semakin menyebar kuman," tambahnya.
Penulis: vlz/yf (dari berbagai sumber)
Laporan Pilihan< /h4>
Atasi Kemiskinan Lewat WC
Sepertiga warga dunia tidak punya akses ke toilet yang bersih dan aman. Padahal sarana sanitasi tidak hanya higienis, tapi juga membantu pendidikan dan pekerjaan. Ini berperan dalam pembangunan ekonomi. (20.11.2014)Cafe Jamban Kampanyekan Toilet Bersih
Sebuah cafe di Semarang mengundang perhatian dunia. Pasalnya Cafe Jamban menyajikan makanan di dalam toilet jongkok. Dengan cara itu pemiliknya mengaku ingin mengkampanyekan toilet bersih di Indonesia (21.07.2016)9 Benda Yang Lebih Kotor dari Dudukan Toilet
Anda mungkin selama ini mengira, benda yang paling banyak dipenuhi kuman adalah dudukan toilet. Tapi hasil penelitian menunjukkan, benda-benda seperti handuk dan ponsel ternyata jauh lebih kotor dari dudukan WC. (29.05.2015)- Tanggal 18.07.2017
- Kata Kunci #DWnesia, dwnesia, toilet, jamban, kakus, wc
- Bagi artikel Kirim Facebook Twitter google+ lainnya Whatsapp Tumblr Digg Technorati stumble reddit Newsvine
- Feedback: Kirim Feedback
- Cetak Cetak halaman ini
- Permalink http://p.dw.com/p/2gOjY
Tidak ada komentar