Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Fenomena Parpol Ganti Paslon Pilkada di Menit Akhir

Fenomena Parpol Ganti Paslon Pilkada di Menit Akhir Fenomena Parpol Ganti Paslon Pilkada di Menit Akhir Rakhmatulloh Minggu, 14 Januari 2...

Fenomena Parpol Ganti Paslon Pilkada di Menit Akhir

Fenomena Parpol Ganti Paslon Pilkada di Menit Akhir

Rakhmatulloh

Fenomena Parpol Ganti Paslon Pilkada di Menit Akhir
Bahkan, gonta ganti pasangan calon (paslon) dilakukan partai politik (parpol) yang cenderung mapan dan memiliki banyak stok kader yang berkualitas. (Foto/Ilustrasi/SINDONEWS/Dok)
A+ A- JAKARTA - Fenomena gonta ganti pasangan calon (paslon) pilkada terlihat menjelang penutupan pendaftaran pilkada. Bahkan, gonta ganti paslon dilakukan partai politik (parpol) yang cenderung mapan dan memiliki banyak stok kader.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengatakan, ada sejumlah alasan yang bisa dilihat publik kenapa P arpol suka gonta ganti paslon.
Pertama, prioritas paslon adalah menang bukan proses penjajakan yang matang, karena adanya ketentuan satu putaran. "Itu artinya, penjajakan koalisi yang dilakukan belum solid, yang memungkinkan terjadinya bongkar paslon setiap saat," ujar Adi kepada SINDONEWS, Minggu (14/1/2018).
Kedua Adi menilai, ada kesepakatan politik yang dilakukan secara sepihak tanpa melibatkan teman koalisi. Misalnya, PKS cabut dukungan ke Dedi Mizwar di Jawa Barat karena petahana yang kerap disapa Demiz disinyalir punya kesepatan tersembunyi untuk dukung capres demokrat 2019.
Ketiga lanjut dia, adanya pergerakan peta politik yang dinamis. Dia menuturkan, di Sumut misalnya, Golkar dan Nasdem menarik dukungan ke Tengku Ery beralih mendukung Edy Rahmayadi. Tak ada yang menyangka, Edy ternyata lebih memiliki daya magnet elektoral ketimbang calon lain.
Keempat, banyak partai yang tak konfident bahkan gagal mengusung paslon yang akan diusu ng. Misalnya poros Gerindra, PKS dan PAN di jatim bubar karena paslon yang akan diusung tak mendapat respon baik publik.
Akibatnya, tiga partai ini membelah dukung ke dua Paslon. PKS dan Gerindra ke Syaifullah Yusuf atau Gus Ipul. Sedangkan PAN mendukung Khofifah
"Kelima, karena koalisi cair. Pilkada 2018 ini menegaskan betapa tak ada sekat2 idiologis parpol. Parpol blok pemerintan dan blok opisi dalam banyak pilkada bs bergandengan tangan. Di Jatim, PKS dan Gerindra malah bersatu di barisan Gus Ipul. Di Jateng Demokrat dan PDIP malah mesra," pungkasnya. (maf) Follow Us : Follow @SINDOnewsSumber: Google News Parpol

Reponsive Ads