Page Nav

HIDE

Breaking News:

latest

Ads Place

Merekatkan Kebangsaan Lewat Puisi - BeritaSatu

Merekatkan Kebangsaan Lewat Puisi - BeritaSatu ...

Merekatkan Kebangsaan Lewat Puisi - BeritaSatu

Ilustrasi Indonesia Tanpa Diskriminasi Merekatkan Kebangsaan Lewat Puisi

Ilustrasi Indonesia Tanpa Diskriminasi (istimewa)

Jakarta - Kondisi masyarakat Indonesia yang mulai retak perlu sege ra diselamatkan. Bulan suci Ramadan bisa menjadi momentum yang tepat untuk merekatkan kembali kebangsaan. Hal itu juga yang terungkap dalam puisi Burung Garuda Teteskan Air Mata.

Puisi Burung Garuda Teteskan Air Mata menggambarkan bangsa yang sedang terbelah. Sejak Pilkada Jakarta, banyak komunitas terbelah dua kubu. Isu apapun yang datang, segera terpilah menjadi baik bagi kubu ini versus buruk untuk kubu itu. Begitu juga sebaliknya. Penyair Denny JA yang membuat puisi itu mengungkapkan, Garuda menangis karena Indonesia terbelah. Lalu tedengar suara bapak bangsa yang menyatakan "Jangan Lupakan Kami." Mereka sudah beri nyawa. Tapi kau lah yang harus berikan makna.

Puisi ini lanjutan dari puisi kebangsaan yang ia buat sebelumnya berjudul Tapi Bukan Kami Punya. Puisi itu sempat menjadi viral di dunia maya karena dibacakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di dua acara penting. Puisi Tapi Bukan Kami Punya, berisi potret ketimpangan sosial. Desa dan kota bertambah kaya tapi bukan kami punya. Panglima menganggap, puisi itu sangat tepat menggambarkan ancaman Indonesia ke depan.

Kini, potret kelam Indonesia muncul di puisi Burung Garuda Teteskan Air Mata. "Puisi ini menjadi sejenis motivator untuk merekatkan kembali nilai kebangsaan," ujar Denny.

Menurut dia, semua pihak jangan menambah terbelahnya bangsa. Ambil bagian sekecil apapun untuk merekatkannya kembali. Bulan puasa dapat menjadi momentum membersihkan kemarahan, prasangka, dan hidup kembali bersama dalam satu bangsa.

Berikut puisinya:

Burung Garuda Teteskan Air Mata (Jangan Lupakan Kami)

Suatu hari yang heboh
Berkumpul para tokoh
Peristiwa tak biasa
Pertama kali dalam sejarah
Burung Garuda simbol negara
Teteskan air mata

Periksa sekali lagi
Sahut menyahut para ahli
Benarkah itu air mata?
Benarkah menetes dari mata Garuda?

< p>Fakta tak terbantah
Menangis burung Garuda
Untuk pertama kalinya

Para ahli tafsir dikumpulkan
Misteri harus dipecahkan

-000-

Ini masa yang susah
Bangsa sedang terbelah
Apapun yang tiba
Maknanya mendua
Baik di sini
Buruk di sana
Pahlawan di sini
Penjahat di sana
Dipuji di sini
Di maki di sana

Apapun yang tiba
Menjadi peluru saling tembak
Belati saling tusuk
Panah saling melukai

Sejak pilkada Jakarta
Banyak hal berubah
Retak cermin di dinding
Retak pula peta Indonesia

Bom meledak di kampung melayu
Ledakannya memercik jauh
Menambah luka
bangsa yang terbelah
Menambah pekik
bangsa yang tercabik

Berdatangan para serigala
Mengolahnya menjadi senjata
Memberondong ke atas
Memberondong ke bawah
Memberondong segala penjuru
Luka bangsa
Semakin menganga

-000-

Tokoh bangsa yang paling senio r bertanya
Apakah air mata burung Garuda
Berhubungan dengan bangsa terbelah?

Tiba tiba ada suara
Keluar dari mulut burung Garuda
Para ahli sejarah
Segera mengenalinya
Ada suara Bung Karno
Ada suara Bung Hatta
Ada suara Muhamad Yamin
Ada suara Dokter Sutomo

Koor bersama itu suara:

Jangan lupakan kami

Tahun 1908, kami bersama
Berjuang bangkitkan bangsa
Sudah beri apa yang bisa
Jangan lupakan kami"

"Tahun 1928 kami bersumpah
Satu bangsa satu bahasa
Sudah beri segala punya
Jangan lupakan kami"

" Tahun 1945 kami membela
Berjuang untuk merdeka
Sudah beri kami punya nyawa
Jangan lupakan kami"

"Kini kami tinggal nama
Kaulah yang memberi makna"

Selesai itu koor suara
Selesai pula air mata burung Garuda


Yuliantino Situmorang/YS

PR

Sumber: Google News Budaya

Tidak ada komentar

Latest Articles