Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Agar Tidak Stres, Ini Saran Psikolog Saat Hendak Menikah

Agar Tidak Stres, Ini Saran Psikolog Saat Hendak Menikah OborRakyat.com - Kabar terbaru: Agar Tidak Stres, Ini Saran Psikolog Saat Hendak ...

Agar Tidak Stres, Ini Saran Psikolog Saat Hendak Menikah

OborRakyat.com - Kabar terbaru: Agar Tidak Stres, Ini Saran Psikolog Saat Hendak Menikah

Jakarta, Apabila sudah menginjak kepala 2, apalagi pertengahan umur 20, perempuan biasanya sudah merasa cemas dan ingin buru-buru menikah. Tetapi di sisi lain masih bimbang lantaran memikirkan masa depan atau karir.

Menurut psikolog klinis dewasa, Wulan Ayu Ramadhani, M Psi, sebelum melangkahkan kaki ke pelaminan, wanita tersebut harus mengetahui terlebih dahulu tentang konsep pernikahan. Ia mengatakan pernikahan sebaiknya dilakukan ketika seseorang sudah memiliki kesiapan mental, bukan karena adanya tekanan atau paksaan dari keluarga.

"Kesiapan mental di sini tidak hanya kemauan untuk menikah atas keinginan sendiri, tetapi juga kesiapan bahwa akan ada penambahan peran dan tanggung jawab," kata wanita berparas cantik ini.

Lanjut Wulan, panggilan akrabnya, menikah memang dapat memfasilitasi kebutuhan. Namun, hubungan pernikahan tidak sesederhana itu jika yang diharapkan dari pernikahan adalah hanya karena ingin ada teman untuk berbagi. Sebab, menu rut ia, selain menjadi sumber kebahagiaan, pasangan juga bisa menjadi sumber kekecewaan atau masalah dalam berumahtangga nanti.

Baca juga: Usia Ideal untuk Menikah Menurut Psikolog

"Kalau menikah hanya karena ingin ada teman berbagi saat ada permasalahan, lalu bagaimana jika masalah tersebut datang dari pasangan? Ada banyak hal lain yang perlu direncanakan dan dipersiapkan dalam pernikahan, termasuk di antaranya adalah keterampilan untuk menyelesaikan permasalahan," ujar pemilik akun Twitter @wulanayur tersebut.

Secara umum, Wulan juga mengatakan, pada usia-usia 20-an atau 30-an tidak dipungkiri bahwa seseorang membutuhkan intimacy atau kebutuhan untuk merasa dekat dengan orang lain. Orang ini biasanya tidak selalu pasangan, bisa teman satu kantor, teman yang memiliki hobi yang sama atau teman komunitas.

"Jika keberadaan teman masih membuat merasa kesusahan d an gelisah, sebaiknya konsultasikan langsung dengan profesional, barangkali ada hal lain yang sebenarnya mengganjal tetapi belum disadari," pesannya.

Baca juga: Ingat, Menikah Itu Bukan Sekadar Mengejar Status(hrn/up)
Sumber: http://health.detik.com

OborRakyat.com, Warta terbaru Seputar Indonesia menyajikan informasi terkini nasional, daerah, dan internasional, politik, ekonomi, olahraga, otomotif, dan lifestyle.

Reponsive Ads