Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Tokoh Muda Harapkan Reteorisasi Pancasila Jadi Ilmu ... - BeritaSatu

Tokoh Muda Harapkan Reteorisasi Pancasila Jadi Ilmu ... - BeritaSatu ...

Tokoh Muda Harapkan Reteorisasi Pancasila Jadi Ilmu ... - BeritaSatu

Diskusi PP GMKI yang bertajuk "Orang Muda Bicara Pancasila" di Sekretariat Yayasan Komunikasi Indonesia, Matraman, Jakarta, 6 Juni 2017. Tokoh Muda Harapkan Reteorisasi Pancasila Jadi Ilmu Pengetahuan
Diskusi PP GMKI yang bertajuk "Orang Muda Bicara Pancasila" di Sekretariat Yayasan Komunikasi Indonesia, Matraman, Jakarta, 6 Juni 2017. (BeritaSatu Photo/Yustinus Paat)
Jakarta - Para tokoh muda yang merupakan mantan ketua umum organisasi Cipayung mengakui bahwa Pancasila sebagai wadah pemersatu dan penuntun masyarakat Indonesia. Mereka menilai Pancasila telah memberikan ruang bagi keragaman untuk bersatu dan hidup.
Para tokoh muda ini adalah Mantan Ketum PB HMI Noer Fajriansyah, Mantan Ketua Umum PB PMII Addin Jauharudin, Mantan Presidium Pusat KMHDI I Made Bawa Yasa, Mantan Ketum PP PMKRI Lidya Natalia Sartono, Mantan Ketum PP GMKI Ayub Manuel Pongrekun, Mantan Ketum PP KAMMI Andriyana, Mantan PP HIKMAHBUDHI Suparjo, Mantan Ketua GMNI Tweedy Noviadi, dan Mantan Ketum DPP IMM Jihadul Mubarok.
Menurut Mantan Ketum PP KAMMI Andriyana, Pancasila perlu direteorisasi menjadi ilmu pengetahuan sehingga bisa benar-benar menjadi wadah pemersatu dan penuntun bangsa Indonesia. Reteorisasi ini, kata Andriyana, bisa dilakukan dengan penggalian mendalam tentang nilai-nilai Pancasila.
"Kalau tidak, Pancasila hanya menjadi ruang kosong dan ideologi mati yang tidak bisa dioperasioanalkan atau diinternalisasikan dalam sikap dan perilaku rakyat Indonesia," ujar Andryana saat acara diskusi PP GMKI yang bertajuk "Orang Muda Bicara Pancasila" di Sekretariat Yayasan Komunikasi Indonesia, Matraman, Jakarta, Selasa (6/6).
Sebagai ilmu pengetahuan, kata dia, Pancasila bisa dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, kata dia, nilai-nilai Pancasila mewarnai seluruh aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
"Kelihatan kita ini sedang krisis identitas dan bersamaan dengan itu krisis Pancasila. Pasalnya, banyak yang tidak tahu Pancasila, ataupun t ahu, tetapi nilainya tidak mengendap dalam kehidupan sehari-sehari," tandas dia.
Andryana juga menilai Pancasila merupakan wadah pemersatu berbagai perbedaan baik suku, agama, dan ras. Apalagi perbedaan atau keragaman merupakan keniscayaan di Indonesia.
"Kita harusnya berbangga karena berbagai agama hidup di Indonesia. Bumi Indonesia merupakan bumi yang pernah disinggahi agama Hindu, Budha, Islam, Kristen, dan Katolik. Dan Pancasila sebagai dasar negara mewadahi berbagai perbedaan tersebut," terang dia.
Sementara Mantan Ketua Umum PB HMI Noer Fajriansyah menegaskan bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan agama termasuk agama Islam. Menurut Noer, Pancasil dan agama-agama berjalan seiring.
"Sila-sila di dalam Pancasila tidak bertentangan dengan agama apa pun. Jika ada yang mempertentangkannya, berarti yang bersangkutan tidak paham tentang Pancasila," ungkap Noer.
Mantan Ketua GMNI Tweedy Noviadi menilai Pancasila tidak hany a sebagai wadah pemersatu, tetapi penuntun bangsa Indonesia. Menurut dia, nilai-nilai Pancasila diinternalisasi dalam Undang-Undang serta turunannya dan kebijakan pemerintah sehingga rakyat nanti tahu bahwa kebijakan ekonomi, politik, sosial-budaya dan pendidikan yang sesuai Pancasila itu seperti apa.
"Setelah terinternalisasi dalam UU dan kebijakan, nilai-nilai Pancasila harus menjadi etos kerja pejabat publik dan masyarakat pada akhirnya. Jangan sampai dasar negara kita adalah Pancasila, tetapi sistem ekonominya kapitalis, maka akan terjadi ketidakcocokan sehingga melahirkan ketimpangan dan ketidakadilan," pungkas Tweedy.


Yustinus P aat/PCN
BeritaSatu.com
Sumber: Google News Tokoh

Reponsive Ads