Politikus Golkar: Dana Parpol Minim Salah Satu Penyebab Korupsi Politikus Golkar: Dana Parpol Minim Salah Satu Penyebab Korupsi ...
Politikus Golkar: Dana Parpol Minim Salah Satu Penyebab Korupsi Reporter:
Dewi Nurita
Editor:Ninis Chairunnisa
Sabtu, 30 Desember 2017 08:42 WIB
Foto bersama saat pemberian hasil penelitian administrasi perbaikan oleh Komisi Pemilihan Umum kepada sembilan partai politik di Kantor KPU RI, Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad, 24 Desember 2017. Tempo/M. Yusuf Manurung
TEMPO.CO , Jakarta - Ketua Bidang Kajian Ideologi dan Kebijakan Publik Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golongan Karya Happy Bone Zulkarnain mengatakan minimnya dana subsidi pemerintah untuk partai politik menjadi salah satu penyebab korupsi tercipta di kalangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut Happy, saat ini dana subsidi yang diberikan untuk partai politik (parpol) masih jauh dari jumlah ideal.
"Demokrasi akan sehat jika sebanding dengan alokasi dana," ucap Happy dalam sebuah diskusi di Guntur, Jakarta Selatan, pada Jumat, 29 Desember 2017.
Baca: KPK Dana Parpol Idealnya Rp 10 Ribu Per Suara
Adapun besaran bantuan keuangan dari pemerintah untuk parpol berdasarkan formula atau rumus yang ditentukan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012 adalah besaran bantuan per suara peraih kursi DPR/DPRD ditentukan oleh besaran bantuan APBN/APBD periode sebelumnya dibagi perolehan suara partai politik yang memperoleh kursi DPR/DPRD periode sebelumnya. Maka, untuk partai tingkat nasional (DPP), besaran bantuan itu adalah Rp 108 per suara.
"Dengan angka segitu, parpol harus kelabakan mencari dana," ujar Happy. "Ketika saya menjadi anggota Dewan, setiap minggu pasti ada setumpuk proposal dari konstituen. Bagaimana memenuhinya?"
Baca: Wapres JK: Kenaikan Dana Parpol untuk Mencegah Partai Main Proyek
Hal tersebut, menurut dia, bisa membuat anggota partai di DPR mencari dana secara ilegal untuk memenuhi kehendak konstituen, termasuk korupsi atau membengkakkan anggaran. Dia pun berseloroh, dulu di Golkar itu terpenting aksesibilitas, kapasitas, dan kapabilitas. "Sekarang isi tas lebih dulu. Ketiganya bisa tinggal kalau isi tas kosong," tutur Happy.
Berdasarkan data penelitian dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) yang diterima Tempo, subsidi pemerintah untuk partai politik hanya memenuhi 1,32 persen dari total kebutuhan partai per tahun. "Idealnya 30 persen dari total kebutuhan partai politik per tahun," kata Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini kepada Tempo, Jumat, 29 Desember 2017.
Titi sependapat dengan Happy bahwa dana subsidi untuk parpol harus dinaikkan. "Namun kenaikan bantuan negara sebesar 30 persen tidak bisa dilakukan sekaligus, harus bertahap," ucapnya.
Sementara itu, Associate Director Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Airlangga Pribadi berujar, dengan lemahnya ideologi dan pendidikan politik partai saat ini, dana parpol tidak perlu dinaikkan. "Tidak ada jaminan parpol saat ini tidak melakukan politik pragmatis, jadi tidak mungkin dana alokasi naik," tutur Airlangga.
Terkait
ICW Sebut Tahun 2017 Paling Muram bagi Sektor Pengadilan
2 hari lalu
ICW: Gaduh Politik Mengganggu Pemberantasan Korupsi
2 hari lalu
ICW: Proyek Infrastruktur Paling Rawan Korupsi
2 hari lalu
TII: Ada 100 Kasus Ancaman Penyerangan Pelapor Korupsi Sejak 2004
9 hari lalu
Pengamat: Awas, Produksi Hoax Meningkat di Tahun Baru
1 jam lalu
Tak Lolos, 7 Partai Daftarkan Permohonan Sengketa ke Bawaslu
5 jam lalu
Kapolri Tito: Densus Tipikor Dibentuk Setelah Pansus KPK Reda
6 jam lalu
Catatan BNPB Sambut Tahun Baru, Bencana Longsor Paling Mematikan
6 jam lalu
Tamasya Trotoar Tanah Abang
15 jam lalu
Peringatan 14 Tahun KPK
16 jam lalu
Anies Baswedan Pimpin Apel Besar Rotasi Satpol PP
18 jam lalu
Kaleidoskop 2017: Momen Perganti an Pemimpin Terheboh di 2017
1 hari lalu
Dirjen Perhubungan Udara Batasi Extra-flight untuk Tahun Baru
1 jam lalu
Tol Cikampek Padat di Puncak Mudik Libur Tahun Baru
14 jam lalu
Tahun 2017, BPOM Musnahkan 112 Miliar Obat dan Makanan Ilegal
17 jam lalu
Jusuf Kalla Jadi Saksi Akad Nikah Putri Mensesneg
18 jam laluKapuspen TNI Bantah Pencopotan Mendadak Kepala Bais
Dibutuhkan Polri, Paulus Waterpauw Batal Ikut Pilgub Papua
Trump Ancam Potong Hibah Militer, Kemenhan: Kita Tak Bisa Disetir
Skenario Pilgub Sumut: Djarot, Edy Rahmayadi dan Tengku Erry
Cegah Politik Uang di Pilkada, Polri dan K PK Bentuk Tim Khusus
Siapa yang Dikritik Sri Mulyani: Ahok atau Anies Baswedan?
Penataan Pasar Tanah Abang, Polda Ungkap Dampak Lalu Lintasnya
Catatan Akhir Tahun ICW: DPR Penghambat Pemberantasan Korupsi
Ujaran Kebencian, Isu SARA Ancam Pilkada 2018 dan Pilpres 2019?
Fadli Zon: Kasus Ahok itu Noda Hitam Penegakan Hukum di 2017
58 menit lalu
Soal Trump dan Yerusalem, Menlu Retno Diskusi dengan Muhammadiyah
1 jam lalu
Gerindra: Jokowi Bisa Tersingkir jika Hanya Fokus Infrastruktur
1 jam lalu
Diperiksa di RSCM, Dokter KPK Tetap Awasi Kesehatan Setya Novanto
2 jam lalu
KPAI: Penerbit Akui Buku Balita Berkonten LGBT Tak Layak Terbit
2 jam lalu
Pengamat: Populisme Islam Bisa Kembali Mencuat di Pilkada 2018
2 jam lalu
Pengamat: Awas, Produksi Hoax Meningkat di Tahun Baru
3 jam lalu
Sepanjang 2017, Polri Tembak Mati 55 Pelaku Kejahatan Narkoba
3 jam lalu
Politikus Golkar: Dana Parpol Minim Salah Satu Penyebab Korupsi
3 jam lalu
Dedie A. Rachim, Direktur KPK yang Maju Pilkada Bersama Bima Arya
3 jam laluKaleidoskop 2017 Ratu Make Up Sejagat, Termasuk Kim Kardashian
Semakin banyak selebriti, salah satunya Kim Kardashian, yang mengeluarkan produk make up sendiri, dan berhasil menghasilkan sampai triliun.
Sumber: Google News Parpol
Tidak ada komentar